18.7.14

Hate to Love

 
"People must learnd to hate, and if they can learn to hate, they can be taught to love, for love comes more naturally to the human heart than its opposite. Man's goodness is a flame that can be hidden but never explained"  - Nelson Mandela
 
 

Saya membaca kutipan tersebut saat memainkan google doodle untuk meperingati Nelson Mandela, dan kemudian saya memikirkan sesuatu dan berbicara di dalam hati "pantas saja".


Selamat malam.
 
 
 

17.7.14

24 dan 360 Jam.



Untuk beberapa orang yang realistik dan juga tidak ingin berandai-andai, mungkin memikirkan tentang "saat ini" adalah hal paling menyenangkan. Tidak ada beban untuk mewujudkan pemikiran "yang akan datang". Mereka melihat sesuatu dalam jangka waktu 24 jam kedepan. 360 jam selanjutnya mungkin akan dipikirkan nanti saat sudah mendekati saat tersebut.

Saya tidak termasuk orang yang ada di paragraf pertama tersebut. Saya senang memikirkan bagaimana apa yang harus saya lakukan 360 jam kedepan, 48 jam kedepan. Saya suda merencanakan apapun itu, terutama hal-hal yang membuat saya excited. Saya berusaha untuk mewujudkannya hari demi hari. Kadang saya sebal sendiri karena apa yang sudah saya rencanakan malah melenceng jauh. Tapi kembali lagi, setidaknya saya berusaha.




12.7.14

Siapa Saya dan Lalu Apalagi.

Sore hari menjelang adzan magrib.
Kicauan burung diluar jendela dan lantunan
nada indah disudut kamar.

Saya sedang berbaring diatas kasur berwarna kuning biasanya. Hal ini sepertinya merupakan rutinitas setiap hari setelah saya sudah tidak ada urusan dengan perkuliahan dan sembari menantikan dua telepon genggam saya berdering berharap ada telepon masuk dari code area 024.
Semakin kesini saya semakin berpikir dan berkeinginan untuk "sudah cukup, sekarang saatnya kamu memilih untuk menjadi apa dan melakukan yang seharusnya, bukan lagi memikirkan bagaimana kamu di mata mereka semua". Krisis identitas kah? Tersadarkan kah? atau sudah merasa cukup dan saatnya jujur kepada diri sendiri? 

Mungkin tulisan ini sedikit racau untuk saya jadikan tulisan pertama saya setelah beberapa bulan hiatus. Iya, saya sudah jarang menggambar. Saya merasa lelah dengan ide, dan pikir saya adalah bahwa saya sudah tidak memerlukan hal tersebut untuk membuat saya dilihat orang. You should do what you love because you love it, not because you want the others to see and admire it. Sempat berpikir untuk rebranding self. Merubah semua pandangan dan label-label yang pernah melekat kepada saya. Ntah lah, saya tidak merasa nyaman lagi.

"sudah cukup, sekarang saatnya kamu memilih untuk menjadi apa dan melakukan yang seharusnya, bukan lagi memikirkan bagaimana kamu di mata mereka semua"

Saya sudah menyelesaikan kewajiban seorang anak kepada orang tuanya, lulus dari perkuliahan tepat waktu. Saya sudah mendapatkan keinginan saya dikenal orang sebagai seorang yang kreatif dari gambar dan brand yang saya punya. Saya sudah memiliki pasangan yang menyayangi saya. Lalu apalagi? Oh iya, pekerjaan tetap mungkin yang belum.

Dari semua itu, saya merasa sudah cukup. Saya ingin menjadi dan dikenal sebagai Chyntia Puspitasari. Lurus, satu tidak bercabang. Ya walaupun garis telapak tangan saya garis-garisnya bercabang tidak karuan. Rasanya seperti ini jika di jelaskan, "saya ingin seperti ulat yang melilitkan dirinya menjadi kepompong, setelah itu lahirlah wujud yang baru yaitu kupu-kupu.. Dia disebut kupu-kupu, bukan ulat lagi. Bahkan mungkin para ulatpun juga tidak akan mengenalinya bahwa dulu ia juga seorang ulat".


Siapa saya dan lalu apalagi.