13.5.15

Remember

” Remember to hold hands and cherish the moment for someday that person might
not be there again. Give time to love, give time to speak! And give time to
share the precious thoughts in your mind.”  






----


19.4.15

Untuk Menentukan Judul Saja Saya Tidak Tahu

Setelah hampir setengah bulan merasakan ntah apa ini, saya mulai menyimpulkan, ya agar otak dan perasaan tidak perlu memikirkan lg 'kenapa' saya menyimpulkannya bahwa saya kehilangan sesuatu yang merasa membuat saya 'ada' ya saya rindu rumah, saya bosan dengan rutinitas, saya ingin menjadi sebuah tujuan.

Saya memanggil Ibu saya dengan sapaan Mama, dulu waktu dirumah, saya selalu di kamar atas dan mama saya di bawah menonton TV. Jika tidak turun2 mama saya hanya memanggil dengan suara cukup keras "put, ngapain?" dan saya menjawab dengan cara yang sama. Bisa sampai 3-4 kali menanyakan hal yang sama. Begitu juga Papa saya, beliau tidak banyak biacara, beliau sering berada di depan kamar saya sambil bermain PS hingga larut malam. Papa Mama saya adalah orang yang membabaskan dan membiarkan anaknya berkembang sesuai dengan kemauan anak mereka. Kakakku ingin menjadi dokter, merekalah yang akhirnya mendaftarkan kakaku ke sebuah universitas yg terdapat fakultas kedokteran saat kakakku tidak masuk seleksi SPMB. Dan saat aku ingin keluar kota untuk mencoba lepas dan mandiri serta agar lebih dekat dengan pacarku, mereka mengijinkanku. mereka mengantarkanku hingga ke Semarang.

Sering mama menelponku dan meminta untuk kembali saja ke Malang. Sebelum kakakku sekolah lagi di Malang, di rumah kami hanya tinggal bertiga, aku, mama dan papa. rumah kami sepi. Benar-benar sepi. Tapi, ntah walaupun saat aku sendirian dirumah aku tidak pernah merasa sepi, tidak pernah menangis karena kesepian. Tapi disini, sebenarnya situasinya sama, sendirian, sepi. dan akhirnya aku merasakan sepi ini kosong, dan tak lama kemudian aku mengeluarkan air mata karena aku benar-benar sendiri.

Disini aku sering merasa bosan dengan rutinitas yg membuatku semakin merasa 'sendiri' saat di rumah aku tidak pernah merasa ingin keluar kamar karena bosan. tapi disini, aku sering merasa ingin berjalan-jalan ntah kemana karena aku merasa bosan, penat, gelisah. dan ya, aku tidak bisa kemana-mana dan jika aku melakukannya sendirian aku akan semakin merasa sendiri.

Bagaimana dengan pacarku? bukankah seharusnya kami bisa lebih bersenang-senang, jalan-jalan karena sudah sekota? ntah saya harus menyebutnya rutinitas atau apa. apa yang bisa saya simpulkan hanyalah "sebuah komunikasi ataupun perhatian tidak boleh berubah hanya karena sebuah jarak" 

Kemudian aku semakin bertanya pada diriku, kemana ini akan berlanjut, apakah aku akan sebagai tujuan atau aku akan mencari tujuan dari semua ini? Saya tidak pernah merasakan sekacau ini dalam beberapa bulan terakhir. saya tidak pernah berpikir dan menimbang sekeras ini. Ya, seperti diatas saya menyimpulkannya karena saya sedang rindu dengan 'rumah'. Aku sudah sangat tidak sabar ingin berada di rumah, duduk santai didepan tv, berkeliling di dapur, mendengar suara tetangga. i'll come home.



----




26.3.15

Linglung.

day by day,
you'll learn about how to chose,
how to life modesty,
and being useful
for people around you
in the same time.


...



30.1.15

Sudah Saatnya.

30 Januari.

Akhirnya angka tersebut muncul. Artinya hari ini saatnya aku merapikan hiasan-hiasan cantik yang hampir beberapa bulan terakhir menggantung di rumah kontrakanku. Tidak, bukan karena aku di usir oleh empunya kontrakan, tapi memang aku ingin pergi dari rumah ini. Ya, walaupun jika harus jujur rumah ini sangat nyaman, baru bulan lalu aku sebenarnya ingin mencicilnya untuk ku jadikan rumahku sendiri. 

Satu persatu kumasukan kedalam kardus. Mulai dari ruang tamu, kamar tidur hingga dapur. Hanya satu tempat yang belum ku rapikan dan ku tata. Pojok jendela tempat dimana aku selalu menunggu dia. Dengan segala memori yang muncul mulai ku ambil satu-persatu barang yang ada disana. Ku turunkan anggrek kesayangannya, kotak obat, dan juga beberapa hiasan dinding.

Sudah saatnya.
Sampai nanti. Kita akan berjumpa. Disana.




---------------------



16.1.15

Sekeping biskuit dan sudut ruangan.



Satu-persatu biskuit itu mulai kulahap. 

Kuambil segelas susu dari lemari es dan ku ambil beberapa keping biskuit dan kuletekan diatas piring. Kubawa sepasang makanan tersebut di sudut favorit rumahku, jendela. Aku sering duduk di sudut tersebut sambil memandang keluar jendela. Walau kadang yang aku lihat hanyalah daun yang jatuh di halaman satu persatu atau beberapa kucing kampung yang riwa-riwi mencari makan mungkin.

Mulai kuteguk susu di dalam gelasku sambil melihat ke arah lua jendela. Tak ada yang aku pikirkan sejak seminggu yang lalu. Sudah seminggu pula aku tiap sore hanya duduk di sudut ruangan ini. Mataku tetap tertuju pada pemandangan yang ada di luar jendela, ya walaupun sebenarnya tak ada yang cukup menarik mataku ini. 

Ku ambil sekeping biskuit coklat tersebut. Kulahap kepingan yang terbuat dari tepung, susu, telur, coklat ini perlahan, kurasakan tiap elemen yang ada didalam biskuit ini. Dan mulai kulihat pula sosok yang membuatku selalu berada di sudut ruangan ini.




-------


14.1.15

Lalu, berjalanlah hingga akhir.


Ujung perjalanan.

Kuambil penutup kepala yang kusebut itu topi kemudian ku ambil jaket tebal yang lebih menyerupai jas milik kakek-kakek dan kukalungkan tas coklatku yang sudah ada di atas kursi dekat pintu. 

Aku berjalan dengan hembusan angin yang cukup membuat rambutku sedikit berantakan pada bagian luarnya. Aku memilih berjalan kaki daripada membawa kendaraan, alasanku satu: agar lebih lama aku merasakan waktu yang bergulir dan setidaknya aku bisa berpikir lebih lama hingga nanti aku tiba di taman.

Akan kuhirup oksigen yang keluar dari pepohonan, sehingga membuat otakku akan dapat bekerja lebih maximal. Iya, otakku. Bukan hatiku. Ya, hatiku masih aku istirahatkan dari pekerjaan yang keras ini.







--------



9.1.15

Friday.




years by years.
i don't know what to say.
in silence.
i say everything i should say.